Kalau tidak sekarang, kapan lagi?


Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Sering kita terperangkap pada suatu perbuatan negatif, sia-sia, tidak berguna, membuang-buang waktu, atau malah perbuatan dosa. Dari hati yang paling dalam, selalu ada getaran keinginan untuk menghentikan semua kebodohan tersebut. Namun apa daya, godaan setan sudah sedemikian meradang dalam diri membakar nafsu durjana sehingga sangat sulit untuk lepas darinya. Bisiknya, “nanti saja..! sekarang nikmati aja apa yang ada, mumpung tidak ada yang melihat.. toh masih ada waktu besok!”. ‘ngangen-ngangen’ kalau dalam bahasa Sunda, “engke…! engke…!”, namun ‘nanti’ tersebut tak kunjung tiba. (ngangen-ngangen = angan-angan belaka, engke = nanti)

Alhasil, kejadian serupa terulang dan terus terulang meskipun sempat diselingi dengan kebaikan, namun kerap kali diulangi yang berakhir penyesalan. Itulah akal-akalan setan yang menarik kita selangkah demi selangkah pada api neraka. Sampai pada akhirnya, berani melakukan keburukan terang-terangan, tidak lagi merasa berdosa, hingga berani meninggalkan kewajiban.

Hentikan! SEKARANG! kalau tidak sekarang, kapan lagi? siapa tahu maut menatap didepan mata, siap menerkam hamba Tuhan yang sedang berbuat dosa, ‘suul khatimah’… na’udzubillah….

Kita bisa coba dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang baik, atau yang mubah (dibolehkan) sekalipun tidak masalah, seperti tidur atau mungkin jalan-jalan.

Disini kita menjadi saksi bahwa benar: “al imanu yajidu wa yanqusu, yajidu bit tha’ah wa yanqusu bil ma’siah”, yang berarti “iman itu bisa bertambah dan berkurang, bertambah kuat dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan melakukan maksiat”. Oleh karena itu, sangat perlu bagi kita untuk selalu memelihara iman ini dengan melakukan taat dan menjauhi maksiat… ikut dalam majelis ilmu adalah salah satu langkah tepat untuk tetap selalu mengingatkan kita akan hal tersebut.

Semoga Alloh menyertakan taufiq seiring hidayah-Nya, sehingga kita tahu dan mampu melaksanakan amanah-Nya.. Amin.

Leave a comment